Beli Patungan Rp 1,25 M, Cicil 30 Tahun
Minggu, 28 Agustus 2011 – 11:21 WIB
Masjid Al Falah menjadi semacam pemersatu bagi ratusan warga muslim Indonesia yang sedang merantau di Philadelphia. Sore itu, misalnya, menjelang buka puasa pukul 19.48 waktu setempat, puluhan orang mulai berdatangan ke masjid dengan membawa berbagai masakan. Semakin mendekati magrib, orang yang datang semakin banyak. Makanan pun semakin melimpah. Tentu, semuanya masakan khas Indonesia. Ada kolak pisang-waluh, bakso, pecel, siomay, sayur lodeh lengkap dengan ikan asin dan pindang, serta udang goreng. Buahnya pun khas Indonesia: rambutan.
Hani White, salah satu aktivis Masjid Al Falah, menyatakan, acara buka puasa bersama tersebut diadakan setiap hari selama Ramadan. Menunya pun dikoordinasikan sesama jamaah, sehingga setiap orang membawa menu yang berbeda-beda. Sore itu, misalnya, ibu dua anak tersebut menyumbangkan udang goreng dan tumis sayuran. ”Soal makanan dijamin sesuai dengan lidah Indonesia,” kata Hani.
Benar saja apa yang dikatakan Hani. Tidak hanya soal makanan, buka bersama di Masjid Al Falah serasa melupakan sejenak bahwa kita sedang berada di negeri yang jauhnya separo lingkaran bumi dari Indonesia itu. Kecuali anak-anak kecil, semua obrolan menggunakan bahasa Indonesia. Malah, sesekali terdengar pula obrolan dalam bahasa Jawa dengan logat khas Suroboyoan yang sangat kental.