Benarkah Marah dapat Menyebabkan Stroke?
Hubungan marah dan stroke
Marah dan stroke memiliki hubungan timbal balik. Sebab, sering marah dapat menyebabkan stroke, namun ternyata stroke juga dapat menyebabkan perubahan kondisi emosional seseorang. Itulah sebabnya sebagian pasien pascastroke lebih mudah marah. Perubahan struktur maupun fungsi sistem saraf pasca stroke adalah penyebabnya.
Selain itu, kondisi disabilitas yang dialami oleh orang setelah serangan stroke – seperti sulit berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari – rentan menyebabkan gangguan psikologis. Kondisi tersebut membuat penderita lebih mudah marah dan lebih sensitif. Itulah mengapa, sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, pasien yang selamat dari stroke lebih sering marah dan mengalami pergolakan emosi yang tidak stabil.
Mengapa marah dapat menyebabkan stroke?
Saat seseorang marah, kondisi emosi membuat lonjakan berbagai zat dalam tubuh. Contohnya, epinefrin yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan laju nadi serta peningkatan gula darah.
Nah, pada orang yang sering marah karena emosinya tidak terkontrol, terdapat stres psikologis jangka panjang. Kondisi ini dapat memicu peningkatan hormon-hormon stres seperti glukokortikoid dalam darah.
Dalam jangka waktu lama, hal ini akan memengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah dan gula darah. Selain itu, terjadi pula berbagai risiko masalah kesehatan lainnya, termasuk stroke.
Sebuah penelitian pernah dilakukan terhadap 200 orang. Hasilnya menemukan bahwa pada 30 persen pasien yang terkena stroke disebabkan oleh marah, emosi negatif seperti ketakutan, iritabilitas, atau gugup. Marah dan emosi negatif tersebut biasanya terjadi satu hingga dua jam sebelum serangan stroke.