Benci dan Cinta untuk Papa
Minggu, 24 Oktober 2010 – 17:19 WIB
Tapi, di hadapan publik, baik Idris maupun Lukman selalu saling membanggakan. Idris sering mengatakan bangga dengan anaknya, Lukman Sardi. Begitu juga sebaliknya. Pria yang mengatakan ingin menjadi sutradara pada usia 40 tahun itu baru menyadari keadaan tersebut belakangan ini. Hal itulah yang memunculkan rasa benci. "Kenapa kami nggak akrab dari dulu. Begitu banyak waktu yang seharusnya bisa kami lewati bersama dengan indah, tapi hilang begitu saja. Kondisi itu juga yang membuat saya menjadi seorang yang kaku," ujarnya.
Momen terindah bersama sang ayah, kata Lukman, adalah saat dirinya dibantu membuat film pendek Sang Penjahit. "Saya memberanikan diri meminta Papa mengisi musik di film itu. Tadinya saya ragu, ini adalah hal gawat. Papa kan orang besar sebagai ilustrator musik. Sedangkan, saya cuma orang yang mau jadi sutradara. Tapi, di sini saya harus membuat Papa menuruti mau saya," kisahnya.