Benih Padi asal Tiongkok Mengandung Bakteri Sudah Menyebar
“Bogor dipastikan aman. Hasil (padi) kita baik dari hibrida. Jangan samakan dengan wilayah lain,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Kata Siti, bibit hibrida mulai digunakan di Bogor sejak pemerintah pusat menggulirkan program swasembada beras beberapa tahun lalu. Kabupaten Bogor sendiri mendapat jatah benih untuk 1.000 hektar. Hasilnya, produktivitas sekitar 12 ton sekali panen.
“Diharapkan dapat meningkatkan produksi. Memang agak mahal, satu kantong Rp 50 ribu ke atas. Benih biasa di kisaran Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu, jauh,” jelasnya.
Bibit hibrida diimpor dua BUMN Kementrian Pertanian. Saat ini, di wilayah Indonesia, tidak semua wilayah mendapatkan Hibrida. Adapun sejumlah wilayah memang ditunjuk pemerintah untuk diberikan secara gratis. Namun tidak selamanya benih diberikan secara cuma-cuma.
“Ada juga sistem panen bayar yang digalang swasta beberapa tahun lalu. Nantinya dari hasil benih gratis itu bisa dibelikan benih lain. Kan sudah untung. Selama ini panen tidak pernah masalah di Bogor. Bogor aman dari padi bakteri,” jelasnya.
Senanda, pencegahan beredarnya beras dari bibit Hidrida sudah dilakukan Dinas Perindusrian, Perdagaangan, dan Koperasi Kabupaten Bogor. Kepala Bidang Perdagangan Jona Sijabat menyebut hasil beras dari Hidrida di sejumlah wilayah cukup mendominasi pasar.
Kendati demikian, Jawa Barat, khusunya Kabupaten Bogor, aman dari bibit berpenyakit. “Ini masalah bakterinya saya tidak memahami. Tapi setelah koordinasi, Bogor dipastikana aman. Soal penjualan beras hasil hibrida juga dikirim ke Bulog,” jelasnya.
Sementera itu, berdasarkan catatan Pemkot Bogor, hama yang menyerang Hibrida tidak pernah terjadi di Kota Hujan. Kepala Dinas Pertanian Kota Bogor Azrin Syamsudin menyebut pasokan padi dari Bulog Darmaga Bogor dan Tanjung Priok Jakarta belum pernah bermasalah dengan bakteri.