Benny Susetyo Minta Pemilih Kritis dalam Menentukan Pemimpin
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila itu juga menyampaikan alasannya, karena keberagaman Indonesia yang dari 740 suku etnis dengan ragam budaya dan ragam serta agama-agama dan agama lokal. Oleh sebab itu, Benny mengatakan, diperlukan pemimpin masa depan yang harus bisa merangkul keragaman dan kemajemukan juga mengayomi semua agama yang ada di Indonesia.
"Maka mencari pemimpin dibutuhkan yang bisa diterima kita semua, pemimpin yang bisa merangkul juga pemimpin yang mampu menghadapi situasi global dan mampu membaca geostrategi dan geopolitik. Hal itulah pemimpin yang diharapkan, maka pemimpin harus ada kombinasi seperti Soekarno-Hatta, kombinasi itu harusnya yang risikonya paling kecil yaitu pemimpin yang bisa memberi harapan untuk generasi masa depan", terangnya.
Benny menambahkan dalam kontestasi polilik selama ini publik hanya disuguhi perebutan simbol tentang dukungan Jokowi dan mengekor tanpa ada suatu terobosan atas apa yang harus dilakukan untuk membangun peradaban politik masa depan Indonesia.
"Publik seharusnya diberikan satu gagasan-gagasan tentang apa yang dilakukan calon-calon presiden itu untuk mengatasi misalnya, stunting, untuk mengatasi kemiskinan, untuk mengatasi kesenjangan pendidikan, untuk mengatasi tentang bagaimana pemerataan itu. Sehingga, mereka itu mampu untuk memberikan sebuah program perencanaan yang terarah," ujarnya.
Menurut Benny, di tengah hangatnya perpolitikan dan perebutan simbol Jokowi, hal yang menjadi sangat penting juga diperlukannya adu gagasan yang dapat disajikan kepada masyarakat untuk memberikan pendidikan politik bagi publik.
"Pertarungan merebut simbol Pak Jokowi apakah sangat efektif untuk mendapat dukungan suara ataukah yang lebih penting bagaimana pemimpin-pemimpin calon presiden itu memiliki gagasan yang orisinil, gagasan-gagasan bagaimana mencapai kemajuan, gagasan-gagasan bagaimana mereka terlibat di dalam sebuah upaya-upaya untuk terwujudnya cita-cita Bung Karno mengenai Trisakti yaitu punya kemandirian di bidang politik, ekonomi dan kepribadian dalam konteks politik global saat ini," ujarnya. (tan/jpnn)