Berawal dari Melawak, Kini Tekuni Empat Profesi
Namun, selepas kontrak, pihak televisi tetap mengejarnya. Jonie diminta menjadi konseptor, tim kreatif, hingga talent scouting untuk acara-acara bernuansa komedi di stasiun TV tersebut. Kesempatan mengaudisi ratusan bakat membuatnya sadar. Banyak bakat terpendam dan bagus, yang menurutnya menarik, terpaksa tersingkir.
Dari situlah, pria yang menamatkan studi teknik informatikanya pada 2005 itu membentuk cikal bakal Dreambox Entertainment. Pada November 2009, Jonie bersama Ivan Litan dan Gunawan mulai merintis usaha show maker tersebut. Bakat-bakat yang terpaksa angkat koper dikumpulkan.
Menurut dia, mereka bukanlah talenta tanpa arti dan tidak berharga, namun berlian yang belum diasah. ”Mereka tersingkir kan bisa karena gugup, kostum kurang bagus, dan gerakan kurang atraktif,” ujarnya.
Talenta-talenta seperti pemain akrobat, fire dancer, perkusi, bela diri, sampai MC dikumpulkannya. Tidak jarang, Jonie terpaksa mblusuk ke perkampungan-perkampungan Surabaya demi menemukan mutiara-mutiara terpendam. Bakat tersebut dilatih dan dikelola dengan baik.
Jonie rela merogoh kocek untuk mendatangkan pelatih profesional. Hasilnya memang sesuai ekspektasi Jonie. Blusukan yang paling berkesan adalah saat mencari talenta penari reog. ”Waktu itu kita cari di Kertajaya,” kenang Jonie.
Dia menyangka, penari dan pemain musik tarian khas Ponorogo itu berada dalam satu sanggar. Ternyata, tebakannya sedikit meleset. ”Saya dan teman saya ngumpulin tukang becak dan tambal ban. Ternyata, mereka yang menarikan reog itu,” tuturnya.
Mereka yang semula terbuang dan diabaikan kini langganan tampil di acara-acara besar. Manajemen yang menaungi puluhan talenta usia 21–40 tahun tersebut mengundang banyak tawaran manggung. ”Sekarang kita punya show yang tergolong premium,” tutur Jonie.
Ada Nona Anna untuk MC dan komedian, Paulus Hermien untuk show sulap komedi, serta Andy untuk aksi tarian udara. Memelihara talenta yang sudah dibinanya juga menjadi tanggung jawab Jonie. Pria yang melepas masa lajangnya pada 2011 itu menuturkan, memanage talent adalah hal sulit. ”Kita harus jaga mood dan kesehatan talenta dan bakat-bakat itu. Tanpa mereka, saya bukan apa-apa,” tegasnya.