Berburu "Tikus-tikus" Bandara Ala TNI AL
Kesatuan di bawah Pusat Penerbangan TNI-AL (Puspenerbal) itu menerjunkan aparat intelijen yang menyamar sebagai penumpang sipil. "Aparat intelijen itu memantau pergerakan barang di jalur perputaran bagasi," ucap mantan perwira staf operasi Puspenerbal tersebut.
Di tempat yang sama, Asisten Manajer Legal dan Komunikasi AP I Juanda Liza Anindya menampik anggapan bahwa keberadaan aparat TNI di Bandara Juanda menjadikan suasana terkesan kurang nyaman.
"Dalam kondisi damai, tetap dibutuhkan jaminan keamanan untuk keselamatan dan kenyamanan pengguna jasa bandara," kata Liza.
Korban pembobolan di Juanda acap kali tidak pandang bulu. Koper petinggi atau bahkan komandan Puspenerbal era Laksma TNI Sugianto pun pernah diobok-obok maling bandara. Untung, di dalam koper itu tidak ada barang berharga.
Belajar dari kejadian tersebut, imbuh Liza, calon penumpang sebaiknya tetap melakukan langkah preventif. "Barang berharga lebih baik dibawa ke dalam kabin pesawat," tutur alumnus UGM itu.
Ketua Airline Operators Committee Surabaya Soedjoko Dalijo merespons positif langkah yang ditempuh pengelola bandara yang berlokasi di Sedati, Sidoarjo, tersebut. Sebagai bandara internasional, kasus pencurian isi tas atau koper tidak hanya mencoreng nama Juanda.
"Nama bangsa dan negara turut dipertaruhkan jika sampai korbannya turis asing," tegas station manager Citilink Surabaya itu. (sep/c9/oni/mas)