Beri Kuliah Umum di Unud Bali, Dradjad Wibowo Beber Urgensi Hilirisasi & Alam Lestari
“Pertanian itu berasal dari sumber daya yang terbarukan, kita tidak bisa mengulangi kesalahan yang terjadi pada industri kayu lapis. Kita harus belajar dari industri bubur kertas, memenuhi syarat kelestarian yang bukan hanya syarat kelestarian Indonesia, tetapi juga syarat kelestarian yang diakui pasar global,” imbunnya.
Pendiri Indonesia Forestry Certification Cooperatiaon (IFCC) itu menegaskan hilirisasi pada sektor pertanian harus memenuhi tiga prinsip kelestarian, yakni lestari dalam hal produksi, lestari secara sosial, dan lestari bagi ekologi.
Dradjad menjelaskan lestari produksi bisa dilihat dari sisi ekonominya. Adapun lestari sosial berarti melibatkan masyarakat adat maupun warga lokal tanpa eksploitasi pekerja dan diskriminasi.
“Lestari ekologi (berarti) jangan sampai terjadi kerusakan lingkungan, tidak merusak hutan serta alam,” tuturnya.
Pria asal Surabaya yang dipercaya duduk di board member Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC), Swiss, itu juga menyinggung soal potensi Bali.
Dradjad menyebut Bali tidak hanya memiliki potensi pariwisata, tetapi juga pertanian, perikanan, hasil perkebunan, hingga kerajinan berupa ukiran kayu. Produk pertanian tersebut dapat menghasilkan nilai tambah melalui proses hilirisasi.
Dengan tiga prinsip kelestarian, kata Dradjad, Bali akan mampu mempertahankan lingkungan, terutama ketersediaan air.
“Turis perlu air, kalau Bali tidak menjaga kelestarian air, lama-lama orang jadi tidak mau ke Bali karena kurang air. Belum lagi air untuk kebutuhan penduduk,” ucapnya.(antara/jpnn.com)