Berkedok Relawan, Predator Cabul Memangsa Pengungsi Syria
jpnn.com, DAMASKUS - Para pekerja sosial yang bertugas mengirimkan bantuan kemanusiaan di Syria bukan orang suci. Demikian juga para sukarelawan dan petugas penjaga keamanan kamp pengungsi.
Mereka manusia biasa yang bisa menjadi ancaman bagi manusia lain atau tepatnya manusia lain yang lebih lemah.
Danielle Spencer menyatakan bahwa para pria yang seharusnya menjadi pelindung para pengungsi, terutama pengungsi-pengungsi perempuan, justru menjadi predator.
”Di salah satu kamp penampungan pengungsi Syria di Jordania, orang-orang yang bertugas melindungi dan mengayomi itu malah memerkosa,” katanya sebagaimana dilansir BBC kemarin, Selasa (27/2).
Spencer lantas melaporkan peristiwa yang dia rekam pada Maret 2015 dalam sebuah jurnal. Dia mengatakan bahwa sebagian besar penjahat seksual itu adalah sukarelawan dan pekerja sosial PBB.
”Tapi, ada juga pejabat lokal yang melakukan perbuatan biadab itu. Mereka menahan bantuan dan hanya bersedia memberikan kepada yang membutuhkan asal ditukar dengan layanan seks,” ungkapnya.
Kini, setelah hampir tiga tahun berlalu, barter bantuan dan layanan seks masih tetap terjadi. Dan, bukan hanya di luar Syria. Melainkan juga di dalam negeri.
Akhir tahun lalu, United Nations Population Fund (UNFPA) melakukan penelitian di beberapa kamp penampungan dalam negeri di Syria dan mendapati hal yang sama.
”Saya ingat ada seorang perempuan yang mengurung diri di dalam kamarnya dan menangis karena menjadi korban pelecehan. Itu membuat perempuan-perempuan yang tinggal di kamp pengungsian tidak berani mengambil makanan atau paket bantuan alat mandi dan obat-obatan tanpa didampingi ayah atau saudara laki-laki mereka,” kata Spencer. Karena itu, para janda dan gadis yatim piatu menjadi sasaran paling empuk.