Bersepeda Melintasi Andalusia dan Mendaki Gunung Tertinggi Afrika Utara (2-Habis)
Senin, 16 Agustus 2010 – 08:08 WIB
Keramahtamahan juga datang dari orang-orang Indonesia, khususnya perwakilan pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di kota-kota yang saya lewati. Misalnya, saat saya sampai di Lisabon, ibu kota Portugal, saya langsung mencari Wisma Indonesia. Kedatangan saya disambut baik oleh Albert Matondang, duta besar RI untuk Portugal, dan para staf KBRI yang lain. Bahkan, saya langsung dijamu makan malam.
Kadang memang ada pengalaman yang tak menyenangkan. Dalam rute Salamanca-Ciudad Rodrigo (perbatasan Spanyol-Portugal), saya dihadang angin yang sangat kencang dari arah depan sehingga mengalami dehidrasi. Karena itu, ketika menjumpai desa kecil St. Cecilia, saya meminta izin untuk berkemah. Orang yang saya temui tidak mengerti bahasa Inggris. Dia memanggil beberapa remaja untuk membantu. Ternyata mereka pun tidak mengerti. Dengan bahasa tubuh, akhirnya saya diperbolehkan berkemah di luar lapangan futsal yang berpagar kawat.
Saya rebahkan tubuh dalam tenda untuk mengurangi rasa penat, sementara para remaja bermain sepak bola. Bersamaan dengan terbenamnya sang surya, saya terlelap hingga tengah malam. Tiba-tiba saya dikejutkan suara mengendap-endap. Saya pikir orang akan mengandangkan kuda yang sejak sore merumput di sekitar tempat tersebut. Tapi, saya menjadi curiga karena mereka berbicara sambil berbisik. Benar dugaan saya, para remaja melempari tenda dengan bongkahan tanah, lalu berteriak menakut-nakuti.