Bertemu Kiai Aliudin Zein Kresek, Gus Jazil Minta Doakan Keselamatan Bangsa
”Setelah Indonesia merdeka dan menjadi sebuah negara, para ulama ini kan nggak punya ijazah. Ketika dibentuk tentara, pemerintahan karena masih dibayang-bayangi Belanda, tidak ada lulusan pesantren, yang ada para tokoh lulusan Barat. Tokoh-tokoh Islam yang bau-bau Timur Tengah pun dianggap tidak mampu memimpin oleh Belanda. Sementara para kiai kebanyakan tinggal di kampung-kampung dan mendirikan pesantren,” kata Gus Jazil.
Dalam perbincangannya, Gus Jazil dan Kiai Aliudin juga banyak membicarakan kiprah dan sepak terjang Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi, ulama besar kelahiran Tanara, Serang, Banten yang menjadi Imam Besar Masjidil Haram dan penulis ratusan judul kitab keagamaan meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Karena kemasyhurannya, Syekh Nawawi al-Bantani juga dijuluki Sayyid Ulama al-Hijaz (pemimpin ulama Hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang mnumpuni ilmunya), A'yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (tokoh ulama Abad 14 Hijriyah), hingga Imam Ulama al-Haramain, (Imam 'Ulama Dua Kota Suci).
Gus Jazil mengatakan sebenarnya tokoh pendahulu yang mendidik soal kebangsaan di Indonesia adalah Syekh Nawawi al-Bantani.
”Santri-santri beliau dari Indonesia termasuk Mbah Hasyim Asy’ari, Kiai Ahmad Dahlan, beliau yang mengajari soal cinta Tanah Air, rasa nasionalisme. Beliau bekerja dari Arab Saudi. Itulah hebatnya kiai-kiai zaman dahulu,” kata dia.
Karena kekagumannya, Gus Jazil mengaku sangat senang membaca salah satu kitab karangan Syekh Nawawi yakni Tafsir Marah Labid.
”Saya heran dan kagum bagaimana ulama-ulama dahulu, yang tidak ada fasilitas pendidikan seperti sekarang tapi bisa menjadi ulama besar seperti Syekh Nawawi al-Bantani, KH Hasyim Asy’ari, KH Cholil Bangkalan, dan sejumlah ulama besar lainnya,” kata Gus Jazil.
Selain memohon doa, dalam pertemuan yang berlangsung secara santai dan gayeng tersebut, Kiai Ali juga banyak berpesan kepada para pemimpin bangsa untuk benar-benar memperhatikan kesulitan masyarakat di bawah.