Bertemu Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Memuji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Peningkatan tersbeut didorong dengan meningkatnya pekerja dengan status buruh, karyawan, atau pegawai yang tumbuh sebesar 2,66 persen (YoY).
Dari sisi pengeluaran, Menko Airlangga mengungkapkan tingginya realisasi berbagai belanja pemerintah, terutama untuk belanja Pemilu telah mendorong konsumsi pemerintah tumbuh mencapai 19,9 persen (YoY).
"Hal tersebut juga tercermin dari Konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh melejit hingga 24,29 persen (YoY) yang disebabkan adanya kegiatan Pemilu," terangnya.
Selain itu, lanjut Menko Airlangga, konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) masih menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, meski di tengah net ekspor yang negatif.
Kondisi tersebut menunjukkan permintaan domestik yang masih kuat dan didukung oleh kebijakan fiskal sebagai shock absorder dalam merespons kondisi ketidakpastian global yang terjadi saat ini.
Melalui berbagai capaian kondisi perekonomian tersebut, kata Menko Airlangga lagi, Indonesia mampu menjadi salah satu negara yang tumbuh kuat dan persisten berada di level yang tinggi dibandingkan dengan
sejumlah negara lain, seperti Malaysia (3,9 persen), Korea Selatan (3,4 persen), Singapura (2,7 persen), dan Meksiko (1,6 persen).
Pertumbuhan ekonomi nasional tersebut juga disertai dengan tingkat inflasi yang rendah dan terkendali sebesar 3,0 persen atau lebih rendah dibandingkan sejumlah negara lain, seperti India (4,9 persen), Brazil (3,9 persen), dan Filipina (3,7 persen).
"Ke depan untuk sisa periode tahun 2024, kondisi perekonomian global diestimasikan masih menghadapi ketidakpastian yang dipicu oleh kebijakan suku bunga yang tinggi, peningkatan tensi geopolitik, hingga pelemahan permintaan global," terangnya.