Beton 2,2 Ton Tergeser Air Katulampa
jpnn.com - BOGOR-Arus sungai Ciliwung mengalir begitu deras hingga menggeser lima beton penahan air seberat 2,2 ton, di dasar bendungan Katulampa, Kamis (30/1) dini hari.
Peristiwa itu terjadi saat bendung Katulampa bertatus Siaga I, sekitar pukul 00:30. Saat itu, ketinggian air sekitar 230 centimeter, dengan debit air mencapai 552.272 liter kubik per detik.
Ketinggian dan volume air bergerak begitu cepat, dengan perkiraan kecepatan mencapai 200 kilometer per jam.
Kepala Pengawas Bendung Katulampa, Andi Sudirman menuturkan, hanya dalam hitungan menit setelah ketinggian air berstatus Siaga I, terdengar suara gaduh seperti benda berat yang bergeser. Seketika, beton kubus yang ditanam oleh Balai Besar Ciliwung-Cisadane PSDA, Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) itu bergeser sejauh dua belas meter.
“Ada 500 buah blok beton yang ditanam. Beton-beton itu berfungsi untuk memperlambat arus sungai yang mengalir ke Jakarta. Beton juga utnuk menjaga stabilitas pondasi bendung dari gerusan air,” ungkapnya.
Andi khawatir, blok beton akan semakin berkurang karena terseret arus jika ketinggian air kembali mencapai siaga I.
Sementara itu, deras arus membuat air meluap di sejumlah titik, di sepanjang bantaran sungai Ciliwung. Pantauan Radar Bogor, air meluap hingga ke permukaan Jembatan Sempur dan menyebabkan lalu lintas tersendat. Kondisi serupa juga terjadi di Jembatan Satu Duit, kawasan Warung Jambu. Belasan pengendara berhenti dan tertegun melihat derasnya arus Ciliwung pagi itu.
Air Ciliwung juga meluber ke pemukiman warga di Kampung Bebek RT 02/10, Kelurahan Kedung Halang, Kecamatan Bogor Utara. Tak kurang dari 17 rumah terendam air setinggi mata kaki. Warga yang rumahnya tergenang memutuskan untuk keluar rumah. Sementara beberapa warga lainnya terpantau mencoba menyelamatkan barang berharga seperti televisi, kipas angin, dan kasur.
“Kami bergegas keluar rumah karena ada informasi dari anggota Tagana, air di bendung Katulampa naik status menjadi siaga satu,” tutur warga Kampung Bebek, Nursali (59).
Nursali mengaku sudah tiga kali rumahnya terendam luapan Ciliwung dalam satu bulan terakhir. Namun menurutnya, banjir kali ini taki sedahsyat banjir 2007. “Banjir bandang tahun 2007 yang paling parah. Seluruh bangunan rumah saya hancur. Saya takut kejadian itu terulang lagi," tutur Nursali.
Luapan air juga menggenangi sejumlah rumah di Kampung Rambutan, RT 01/08, Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara.
“Pas jam 12 malam, air terus meninggi. Warga sudah berjaga-jaga. Bahkan rumah milik Ibu Juju airnya sudah masuk ke rumah. Mereka memilih tidak tidur untuk mengantisipasi banjir,” ujar tokoh pemuda setempat, Bambang Sudarsono. (rp6/c)