BI Rate Masih Bisa Tetap
Sebagaimana diwartakan, tidak adanya kepastian soal waktu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, terus memicu kekhawatiran masyarakat.
Hal ini ditunjukkan hasil survei Bank Indonesia (BI) yang mencatat adanya ekspektasi tekanan harga pada Desember 2014. Indeks ekspektasi harga (IEH) naik 4,5 poin sebesar 156,5 dari survei November 2014. IEH diperkirakan kembali turun menjadi 129,6 pada Maret 2015.
"Kekhawatiran terkait kebijakan BBM bersubsidi itu juga diiringi kenaikan harga barang dari distribusi," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo memastikan tingkat harga barang dan jasa di masyarakat tetap terkendali apabila pemerintah menaikkan harga BBM sebagai konsekuensi pengurangan subsidi.
Otoritas moneter tersebut bakal menjalin komunikasi intens dengan tim pengendaliinflasi"daerah (TPID) untuk mencegah terjadi"second round effect"kenaikan BBM.
Dia menjelaskan, setiap kenaikan BBM sekitar Rp 1.000 per liter, akan menyumbang inflasi kurang lebih sekitar 1,1-1,5 persen. Lantaran itu, menurut Perry, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dengan memberikan angka-angka pertimbangan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan efeknya terhadap defisit transaksi berjalan.
"Apabila koordinasi baik, kami siap pastikan dampak (kenaikan BBM) terhadap"inflasi"tetap terkendali dan hanya temporer," ujarnya. (gal)