Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Bilal

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 27 Juli 2021 – 12:20 WIB
Bilal - JPNN.COM
Warga terpaksa jalan kaki melewati pos penyekatan PPKM Darurat di kawasan Jakarta. Foto: Kenny Kurnia Putra/JPNN.com

Bilal bukan satu-satunya kisah pilu korban pandemi yang meninggal dalam sepi. Di sebuah desa di Kutai Barat, Kalimantan Timur, seorang bocah yang disebut bernama Vino, sepuluh tahun, menjadi yatim piatu dalam tempo dua hari, setelah ibu dan ayahnya meninggal dunia karena Covid-19.

Ayah Vino, seorang pedagang bakso keliling, suatu ketika jatuh sakit karena kehujanan setelah berkeliling menjajakan dagangannya.

Ayah Vino punya riwayat sakit tifus, dan mengira penyakitnya itu kambuh.

Namun, kemudian diketahui bahwa ayah Vino terjangkiti Covid-19. Ibu Vino tak lama kemudian juga ikut terjangkiti. Vino kecil pun akhirnya juga terjangkiti.

Ketiganya melakukan isolasi mandiri. Beberapa hari bertahan kedua orang tua Vino akhirnya meninggal. Vino pun menjadi yatim piatu dan menjalani isolasi mandiri dengan diawasi tetangga dan kerabatnya.

Di Jawa Barat, seorang ibu berusia 70 tahun memeluk jenazah anaknya yang sudah tiga hari meninggal. Aroma tak sedap dari kandang sapi, tempat ibu tua itu tinggal, membuat warga curiga.

Setelah dilongok ternyata sang ibu saling berangkulan dengan anaknya, yang berusia 56 tahun, yang ditemukan dalam kondisi sudah meninggal. Ibu dan anak itu saling berpelukan.

Sang ibu dikira sudah meninggal karena tidak bergerak ketika ditemukan. Namun, ketika hendak dimandikan, ternyata napasnya masih ada. Sang ibu yang kelaparan berhari-hari tidak mampu bergerak sama sekali, dan terus memeluk sang anak yang jasadnya mulai membusuk.

Pandemi Covid-19 ini seolah menjadi seleksi alam dalam teori evolusi Charles Darwin. Hanya orang-orang yang kuat yang bisa bertahan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close