Bisnis Kuliner Cukup Cerah
jpnn.com, SURABAYA - Bisnis kuliner cukup prospektif seiring meningkatkan daya beli masyarakat kelas menengah. Berdasar data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), kontribusi ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) selalu meningkat. Yakni, dari Rp 852,56 triliun pada 2016 menjadi Rp 922,59 triliun pada 2017.
Peningkatan tersebut didorong bisnis kuliner. Kontribusinya 41,40 persen dengan penyerapan tenaga kerja 34 persen dari total penyerapan 16,91 juta pekerja tahun lalu.
Menurut pemilik Depot Marumi Meriana Wong, yang paling penting dalam melakoni bisnis kuliner adalah terus berusaha memahami potensi pasar dan rajin berinovasi.
Di Jawa Timur, termasuk Surabaya, perkembangan bisnis kuliner tahun ini dinilai cukup baik. Terlebih, daya beli masyarakat kelas menengah terus menunjukkan tren positif.
”Tapi, yang perlu diingat, sebuah usaha yang bergerak di bidang makanan harus memiliki identitas atau karakteristik agar selalu diingat konsumen,” tuturnya.
Dia mencontohkan keputusannya membuka depot di daerah belakang Ciputra World Surabaya. Selain kawasan perkantoran dan mal, di sana banyak tempat kos maupun homestay.
Nah, Meriana menangkap potensi pasar itu dengan menghadirkan rumah makan yang mengusung konsep masakan rumahan. ”Sengaja membuat konsep seperti itu agar para pelanggan serasa makan di rumah sendiri,” jelasnya.
Meriana juga gencar berinovasi dan melakukan promosi di media sosial untuk meningkatkan penjualan. Dia tidak ragu untuk bekerja sama dengan jasa transportasi online. Menurut dia, beradaptasi dengan perkembangan digital menjadi keharusan bagi entrepreneur agar survive.