BKKBN Turut Berpartisipasi Atasi Stunting dan Kemiskinan Ekstrem Lewat Pemutakhiran Data
Menurut Arief, data hasil Pendataan Keluarga BKKBN telah memberikan sejumlah manfaat bagi semua kementerian dan lembaga terkait.
Dari data itu diketahui pada 2024, masih 1,4 juta Keluarga Berisiko Stunting di tujuh provinsi prioritas yaitu Banten, kemudian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Barat, dan Sumatera Utara.
"Yang lebih bagus lagi program ini, ini bisa menghubungkan antara produsen, yaitu peternak rakyat. Jadi yang dipakai vendornya itu bukan yang besar-besar, tapi yang kecil-kecil. Jadi BUMN di bidang pangan menjadi standby buyer untuk meng- off take, membeli dengan harga yang baik, dengan harga yang wajar, kemudian didistribusikan kepada saudara-saudara kita yang memang memerlukan yang masih terkena prevalensi stunting. Dulu ini nggak nyambung, tetapi hari ini nyambung,” ujar Arief.
Melalui Badan Pangan Nasional, Arief mengatakan negara mengambil posisi untuk memberikan bantuan pangan kepada masyarakatnya yang memang memerlukan.
Bappanas dengan Kementerian Kesehatan mengampanyekan konsumsi B2SA (Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman). Dia juga berpesan agar tidak boros pangan dan bijak dalam berbelanja.
“Stop boros pangan. Terakhir saya ke Roma, UN, kami sampaikan sebagai salah satu pembicara bahwa food loss and waste di Indonesia ini luar biasa. Total 31%. Jadi, kalau kita bilang, from farm to table, dari kita produksi, food loss-nya itu 14%. Misal, gabah baru panen, kemudian panennya itu pasti ada kehilangan, losses-nya. Itu sekitar 14%. Kemudian, snack yang ada di meja Bapak ini, kurang lebih 17%-nya itu akan terbuang. Tidak akan dihabiskan semua. Sehingga totalnya itu 31%, mungkin dikira-kira sekitar Rp560 triliun. Itu sama saja kita bisa membangun ibu kota IKN,” ungkap Arif. (flo/jpnn)