Blaar! Perempuan Muda Itu Tersungkur, Merangkak ke Jendela, Lantas...
”Saya sempat jatuh tersungkur. Setelah itu saya berdiri, tetapi masih duduk,” kata Dwi yang kemarin pagi dijenguk Ketua Umum SPS Dahlan Iskan dan istri, Ny Nafsiah Dahlan.
Saksi mata lain menyebutkan, bom pertama meledak pada pukul 10.45 di Starbucks. Baru dua menit kemudian, bom kedua meledak di pos polisi depan Sarinah. Saat bom kedua meledak dengan kekuatan lebih besar, pandangan mata Dwi langsung buram karena asap. Telinga kanannya kemudian mendengung dan terus berbunyi ngung….
Dengan samar-samar Dwi mendengar suara orang minta tolong dan berteriak. Ada seorang ibu yang tubuhnya penuh pecahan kaca akibat ledakan kedua itu. Sambil merangkak, Dwi langsung menggapai jendela dan keluar ke arah Jalan Wahid Hasyim.
Dwi mengatakan, kesadarannya tetap terjaga dari bom pertama sampai dia digeret orang untuk masuk ke dalam taksi. ”Tetapi, telinga saya terus mendengung sampai ke rumah sakit,” katanya.
Dwi dievakuasi dengan taksi ke RS Ibu dan Anak (RSIA) YPK Mandiri Menteng. Di rumah sakit yang tidak terlalu jauh dari TKP ledakan itu, Dwi sempat diberi sejumlah obat dan air teh manis. Setelah sedikit tenang dari trauma, dia sempat menceritakan kejadian kepada seorang dokter di RSIA YPK Mandiri.
Setelah menjalani perawatan pertama, sekitar pukul 14.00 dia dibawa pulang ke Jalan Kudus, Blora, Menteng, Jakarta Pusat. Kata dokter saat itu, efek pengobatan perdana tersebut adalah rasa mual dan muntah-muntah.
Setelah satu jam di rumah, Dwi memang akhirnya muntah-muntah. Dia kemudian dirujuk ke RS Permata Hijau. Informasi dari dokter, ada sedikit keretakan tulang di leher bagian belakang sehingga harus dipasangi gips melingkar.
Asep Yanto Rukmanto memang tak mengalami langsung kengerian teror pada Kamis lalu itu seperti Dwi. Tapi, dia tak kalah trauma lantaran dua anaknya, Agus Kurniawan, 34, dan Nurman Permana, 24, turut menjadi korban luka. Keduanya kini masih dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.