Blusukan Pertama Risma, Sapa Penyandang Disabilitas, Bawa Sambal Goreng
“Mereka harus punya kemandirian dengan perlahan mengurangi ketergantungan kepada orang lain. Saya juga bawa bibit lele, nanti kita lihat progress-nya. Kalau ini bagus bisa diberdayakan untuk yang lain. Memang berat, tetapi harus dilakukan,” katanya.
Namun bantuan yang dimaksud Risma, bukan sekadar berupa bantuan yang bersifat charity, melainkan yang bisa memastikan aspek keberlanjutan.
“Jadi ke sini lalu memberikan bantuan, bukan begitu tetapi aspek keberlanjutannya harus diperhatikan,” katanya.
Untuk itu, Risma mengaku sudah berkomunikasi dengan berbagai pihak. Termasuk dengan Kementerian Kesehatan, karena perlu mendapatkan penanganan juga dari aspek medis.
“Dari Kementerian Kesehatan perlu kami mendapatkan dukungan medis. Nah ini kan tidak di sini saja. Saya juga mengamati di daerah-daerah lain di Indonesia,” ungkapnya.
Risma berkomitmen menangani fonemena banyaknya penyandang disabilitas intelektual sebagaimana terdapat di Desa Krebet, dan kawasan lain di Kabupaten Ponorogo.
Untuk keperluan itu, Risma sudah menghubungi sejumlah rektor, seperti rektor Universitas Papua, rektor Universitas Nusa Cendana di NTT, dan rektor Universitas Cendrawasih.
“Ini kan bukan hanya masalah budaya, atau apa. Yang tahu antropolginya itu kan kampus. Saya perlu pandangan ahli sebelum membuat kebijakan,” katanya. (rls/jpnn)