BM PAN: Pemerintah Menampilkan Orkestra Kepanikan
jpnn.com, JAKARTA - Barisan Muda (BM) PAN kecewa melihat reaksi pemerintah menyikapi anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Mulai dari Presiden Joko Widodo hingga menteri-menterinya hanya sibuk membuat alasan dan analisa untuk membela diri.
"Pemerintah menampilkan orkestra kepanikan. Padahal, seharusnya momentum depresiasi rupiah yang cukup dalam ini menjadi stimulus pemerintah untuk intropeksi dalam mengelola makroekonomi," kata Ketua Badan Litbang DPP Barisan Muda PAN Aria Ganna, Jumat (7/9).
Terdapat empat poin krusial yang menjadi perhatian DPP BM PAN berkenaan dengan melemahnya rupiah yang cukup signifikan saat ini. Pertama, utang luar negeri yang besar disebabkan rezim suku bunga kredit tinggi.
Dikatakannya, suku bunga tinggi membuat pengusaha lebih memilih utang luar negeri. "Akan tetapi dampaknya permintaan dolar akan meningkat tajam bilamana jatuh tempo pembayaran utang," terang Aria.
Kedua, edukasi pemerintah untuk meningkatkan kecerdasan finansial belum cukup berhasil. Terbukti penyerapan obligasi pemerintah dan investor di pasar modal masih mengandalkan dana asing. Akibatnya, ketika terjadi dana keluar (capital outflow) reaksi pasar keuangan langsung galau.
Ketiga, lanjut Aria, pemerintah dalam mengembangkan industrialisasi di Indonesia jauh dari yang diharapkan. Praktis masyarakat Indonesia hanya menjadi pasar barang dan jasa negara lain.
"Kalau pun belum berhasil mengekspor setidaknya mampu merebut pangsa pasar dalam negeri. Ini yang menyebabkan neraca perdagangan kita negatif karena gadget, barang otomotif dan barang atau jasa berkaitan dengan life style yang selama ini banyak dikonsumsi kelas menengah hampir semua produk impor," beber dia.
Terakhir, ujar Aria lagi, dalam mengendalikan stabilitas harga pangan pemerintah menerapkan strategi yang instan, yaitu impor bahan pangan. Meski kebijakan itu bertujuan untuk mengendalikan inflasi, tapi dampaknya menjadi negatif ketika ada oknum di dalam pemerintah yang memburu rente.