Bocah SD, Setiap Hari Berjalan 7 KM Sambil Jualan Molen
Namun belum sampai di sekolah, Bintang meminta izin diturunkan, ketika masuk perkampungan Parit Sawah.
“Jadi saya tanya ke dia (Bintang) kenapa turun di sini (Parit Sawah, red). Jadi jawab Bintang, karena dia mau sambil jualan kue sebelum tiba di sekolah,” kisah Sahperi yang juga Kasi Kesejahteraan Pemerintah Desa Simpang Tiga.
Dikatakannya lagi, Bintang dan keluarganya merupakan penduduk transmigrasi Desa Simpang Tiga yang berasal dari Lampung.
Kedua orangtua Bintang, Edison dan Rustini sengaja memilih masuk transmigrasi, karena tidak memiliki tempat tinggal di Lampung.
“Di sana (Lampung, red), mereka hanya tinggal di rumah kontrakan dan tak memiliki tanah. Jadi mereka ingin hijrah ke sini (Kayong Utara, red) untuk meningkatkan taraf hidup,” ujar Sahperi yang mengaku sering ke perkampungan transmigrasi dan berbicara dengan keluarga Bintang.
Sementara Kepala Desa Simpang Tiga, Rajali menambahkan, jumlah Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di perkampungan transmigrasi Dusun Semanai sebanyak 150 KK. Terdiri dari 75 KK dari penduduk luar Kayong Utara dan 75 KK merupakan warga lokal.
“Yang dari luar berasal dari berbagai daerah. Diantaranya sejumlah daerah dari Jawa Tengah, Jawa Barat dan ada juga dari Lampung dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka semua berbaur dan mudah menyatu dengan warga lokal. Hingga sekarang, mereka terlihat betah,” kata Rajali. (*)