Boneka Arwah
Oleh: Dhimam Abror DjuraidAugust Comte membagi tingkat pemikiran manusia menjadi tiga bagian, tahap supranatural, metafisik, dan tahap positif. Pada tahap awal manusia memahami bahwa semua gejala di dunia ini disebabkan oleh hal-hal supernatural seperti pohon-pohon dan bebatuan yang diyakini punya roh.
Tahap supranatural ini terbagi dalam tiga periode, yaitu fetisisme kepercayaan pada kekuatan benda-benda, politeisme yang percaya pada banyak dewa, dan monoteisme yang percaya pada satu kekuatan tertinggi.
Tahap metafisik mengandaikan adanya kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar-benar nyata melekat pada semua benda dan mampu menghasilkan gejala-gejala yang ada di dunia.
Dalam tahap ini, manusia belum berusaha untuk mencari sebab serta akibat dan gejala-gejala alam.
Tahap positif mengandaikan manusia sudah dapat berpikir secara ilmiah. Akal budi manusia tidak lagi memusatkan perhatian pada pengertian-pengertian absolut, asal dan tujuan alam semesta.
Namun, memusatkan perhatian pada studi tentang hukum-hukumnya yang tidak berubah. Sarana-sarana pengetahuan ini adalah penggabungan antara penalaran dan pengamatan secara empiris.
Kepercayaan kepada boneka arwah termasuk bagian fetisisme atau perjimatan. Boneka tidak sekadar menjadi barang mainan, tetapi dianggap sebagai jimat keberuntungan. Boneka arwah adalah fetisisme yang sama saja dengan boneka seksual yang sudah terlebih dahulu beredar luas di pasaran terbuka atau tersembunyi.
Boneka arwah berbentuk anak-anak dan menjadi saluran biologis orang-orang yang terobsesi punya anak, tetapi tidak berhasil. Mereka adalah orang-orang yang mungkin punya kelainan seksual yang bersifat biologis, tetapi bisa juga mereka punya perbedaan orientasi seksual seperti LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender).