Boxing Day
Oleh: Dhimam Abror DjuraidSeperti itulah yang dialami Singapura. Kalah dengan sangat terhormat. Kalah dengan gagah perkasa setelah memberikan perlawanan sampai titik keringat penghabisan.
Kalah dengan kepala tegak, bukan dengan kepala tertunduk. Beberapa pemain Singapura menangis tertelungkup di lapangan. Tangis penyesalan itu menjadi penyesalan, tetapi sekaligus akan menjadi semacam dendam yang harus dibalas.
Di masa-masa mendatang Singapura akan menjadi lawan yang tangguh bagi Indonesia. Kenangan semifinal ini akan terbawa sampai kapan pun. Setiap kali Singapura bertemu Indonesia dalam berbagai ajang, semangat semifinal ini akan terus terbawa. Singapura akan tetap yakin bahwa mereka bisa mengalahkan Indonesia.
Dalam tradisi sepak bola Asia Tenggara, pertandingan Indonesia melawan Malaysia menjadi ‘’Derbi Serumpun’’ yang terbesar yang sarat gengsi dan sejarah. Namun, sejak semifinal AFF 2020 ini pertandingan Indonesia melawan Singapura akan selalu menjadi pertandingan yang menegangkan karena penuh kenangan sejarah.
Indonesia juga mencatat sejarah. Lolos ke final adalah capaian yang membanggakan. Pasukan muda Indonesia masih mentah, tetapi semangat juangnya sangat membanggakan.
Dalam dunia sepak bola dikenal adagium ‘’you can not win with kids’’ Anda tidak akan pernah bisa menang dengan pemain anak-anak. Alex Ferguson pelatih Manchester United dilecehkan karena menurunkan ‘’anak-anak kecil’’ di turnamen Piala Inggris.
Namun, ternyata hasilnya berbeda. Anak-anak Ferguson menggegerkan dunia sepak bola Inggris, Eropa, dan seluruh dunia, bahwa we win with kids. Kami menang dengan pemain anak-anak. Mereka adalah ‘’The Class of 92’’ David Beckham dan kawan-kawan yang akhirnya menjadi ‘’Raja Eropa’’.
Pasukan Indonesia adalah pasukan belia. Anak-anak umur belasan dengan wajah yang masih polos dan lugu. Anak-anak yang baru kali pertama punya cap pemain nasional. Hal itu terlihat merugikan pada pertandingan melawan Singapura.