Bripka Reksen, Sosok Polisi yang Baik Hati
Dia kesulitan mencari pendonor. Pontang-panting, sambil sibuk menghubungi keluarga, kerabat atau teman yang bersedia mendonorkan darahnya.
“Mau menghubungi keluarga di Pagaralam, sulit karena di kampungnya. Jauh pula,” tuturnya.
Pengalaman berikutnya, ketika orang tuanya sakit pada Februari lalu.
Begitu membutuhkan darah, lagi-lagi dikatakan stok darah kosong.
“Jika sudah begitu, kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa,” sesal Reksen yang sudah 13 tahun menjadi anggota Polri ini.
Dia pun berfikir, bukan dia saja yang mengalami kesulitan seperti itu.
Orang lain juga banyak yang susah mendapatkan stok darah. Muncul idenya, soal sistem bank darah. Yang dipersiapkan orangnya, bukan darahnya dalam kantong.
“Jika ada yang membutuhkan, barulah anggota ini semuanya siap mendonor. Kalaupun ada yang tak bisa pergi ke tempat mendonor. Saya juga siap memfasilitasi dengan mengantarnya,” sambungnya semangat.