Bu Saprah, Sebulan Rp 200 Ribu tapi Cukup untuk Makan dan Bayar Listrik
jpnn.com - Saprah berupaya keras mendorong gerobaknya di sepanjang jalan. Usianya memang sudah lanjut, namun tubuhnya masih tampak cukup bertenaga.
ENDANG PUJI LESTARI
PAGI itu alam begitu cerah. Berbagai aktifitas pun berjalan seperti biasa bersama teriknya matahari. Seakan tak ada yang menyadari kehadiran perempuan renta itu.
Sesekali ia berhenti mendorong gerobak dan menyapu keringat yang membasahi wajahnya. Di usianya yang menginjak 60 tahun, Saprah masih berjuang hidup dengan pekerjaannya sebagai pemulung sampah.
Saprah yang tinggal bersama anak bungsunya di RT 01, Desa Mendalo Indah, Kabupaten Muaro Jambi ini terpaksa menjalani hari-harinya dengan sampah karena keterbatasan ekonomi.
Semangat perjuangan hidup yang muncul di dirinya membuatnya semakin kuat. Ia tak ingin menjadi beban bagi kedua anaknya yang juga bekerja serabutan.
Sejak subuh ia sudah keluar rumah untuk mencari sampah. Pekerjaan ini sudah ia lakoni sejak lama. Bahkan, sejak suaminya tiada. Ia tak ingin berpangku tangan.
Tindihan beban ekonomi memaksa Saprah harus berjuang keras untuk mendapat sesuap nasi. Ketika Jambi Ekspres (Jawa Pos Group) menyapa, Saprah membalas sapaan dengan ramah, meskipun keringat mengucur di tubuhnya.