Buaya Keroncong Brisbane, Grup Musik Nostalgia ala WNI di Australia
Tampil di Mana-Mana, Tidak Dibayar pun Tak Apajpnn.com - Tinggal di negeri orang sering membuat jiwa nasionalisme menyala lebih terang. Itulah yang juga mengilhami terbentuknya Buaya Keroncong Brisbane, grup orkes keroncong yang digawangi warga Indonesia di Australia. Berikut catatan wartawan Jawa Pos AHMAD BAIDHOWI yang belum lama ini berkunjung ke negara itu
= = = = = = = = =
’BENGAWAN Solo... riwayatmu ini... Sedari dulu jadi... perhatian insani...’’
Suara biduanita mengalun syahdu mendendangkan lagu Bengawan Solo. Denting dawai gitar, ukulele cak, ukulele cuk, bas betot, dan harmonika menciptakan harmoni yang menyejukkan hati. Angin yang berembus pelan malam itu menambah khidmat suasana.
Pemandangan tersebut tidak tampak di Solo, Jawa Tengah, melainkan di sebuah rumah di Jalan Westerham 15, Taringa, Kota Brisbane, Negara Bagian Queensland, Australia. Meski begitu, nuansa nostalgia sangat terasa di rumah milik warga Indonesia yang bermukim di Negeri Kanguru tersebut.
’’Menikmati musik keroncong bersama teman-teman seperantauan ini momen mahal. Kami tidak harus pulang kampung, cukup bercengkerama bersama teman-teman di sini seminggu sekali,’’ ujar Yosi Agustiawan, salah seorang pendiri grup Buaya Keroncong Brisbane (BKB), saat ditemui Jawa Pos di Brisbane pertengahan bulan lalu.
BKB dibentuk pada Mei 2012. Saat itu, Agustiawanyang mengikuti istrinya ke Brisbane untuk belajar bertemu dua warga Indonesia, Miftakhul Maarif dan Lulu Hendri, yang sama-sama mengikuti istri-istri mereka yang mendapat beasiswa kuliah di Brisbane.
Ketiganya seakan berjodoh karena suka bermain musik, meski alirannya berbeda-beda. Sejak duduk di bangku SMA, Agus biasa memainkan musik ska bersama rekan-rekannya, Maarif beraliran rock, dan Hendri menyenangi musik pop. Ketiganya juga masih mencari-cari pekerjaan di Brisbane sehingga memiliki banyak waktu luang.