Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Buaya Keroncong Brisbane, Grup Musik Nostalgia ala WNI di Australia

Tampil di Mana-Mana, Tidak Dibayar pun Tak Apa

Jumat, 05 Desember 2014 – 17:07 WIB
Buaya Keroncong Brisbane, Grup Musik Nostalgia ala WNI di Australia - JPNN.COM
NOSTALGIA: Yosi Agustiawan (empat dari kiri) bersama BKB saat tampil dalam ajang Ind-Oz Festival 2014 di Brisbane, Australia. Foto: BKB for Jawa Pos

Ada beberapa alasan akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada keroncong. Pertama, keroncong identik dengan Indonesia. Kedua, saat itu banyak muncul video di YouTube tentang musisi Malaysia yang membawakan lagu-lagu karya Ismail Marzuki, namun tidak pernah menyebut bahwa lagu itu berasal dari Indonesia.

’’Kami prihatin, jangan sampai nanti dunia tahunya keroncong itu dari Malaysia,’’ tegas mantan dosen dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang tersebut.

Karena itulah, BKB mengusung slogan ’’A cultural diplomacy to save our keroncong (Diplomasi budaya untuk menyelamatkan keroncong kita)’’. Nah, nama Buaya Keroncong dipilih karena terinspirasi para maestro keroncong seperti Gesang dan Mus Mulyadi yang biasa disebut buaya keroncong Indonesia.

Ada satu pertimbangan teknis yang juga menjadi alasan pemilihan keroncong. Yakni, musik tersebut tidak menggunakan drum. Itu penting karena aktivitas bermusik mereka dilakukan di permukiman penduduk sehingga rawan diprotes jika berisik.

’’Formasi awalnya, Mas Maarif pegang gitar dan harmonika, saya bas betot, Mas Hendri cuk, dan satu lagi Mas Anam pegang cak. Vokalisnya belum ada. Jadi, kami sendiri yang nyanyi sekenanya,’’ ucap Agus lantas tertawa.

Formasi BKB menjadi lengkap dengan bergabungnya Sri Muniroh, dosen sastra Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, yang tengah menempuh pendidikan S-3 di University of Queensland. Klop. Sebab, sejak di Indonesia, Muniroh gemar mendendangkan lagu-lagu keroncong.

’’Uniknya, kami ternyata dulu sama-sama kuliah di UNS (Universitas Sebelas Maret Solo) pada 1980-an, tapi tidak pernah kenal. Di sini (Brisbane, Red)-lah kami akhirnya saling kenal,’’ kenangnya.

Waktu berlalu, aktivitas BKB pun tersiar dari mulut ke mulut. Setiap berlatih pada malam Minggu, makin banyak WNI yang datang untuk sekadar berkumpul dan menikmati syahdunya irama keroncong. Sampai akhirnya, BKB diundang Kedutaan Besar Indonesia di Australia untuk menyambut duta besar RI yang baru, Nadjib Riphat Kesoema, akhir November 2012.

Tinggal di negeri orang sering membuat jiwa nasionalisme menyala lebih terang. Itulah yang juga mengilhami terbentuknya Buaya Keroncong Brisbane,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close