Budaya Kamoro Sukses Pukau Publik Swiss
Mereka menggelar workshop hasil karya pahatan, sekaligus mempertontonkan sejumlah aksi tari-tarian Kamoro, yakni Po Tao (dayung), Tifa duduk/mbake, Mbikao (topeng roh), serta Waututa.
Salah satu suguhan unik yakni tarian Waututa yang mengisahkan kisah legenda tentang pertukaran telur burung kasuari dan burung maleo.
Aksi tari-tarian dibuka dengan pukulan tifa, yang dilanjutkan dengan lantunan lagu-lagu tentang cerita yang melegenda tersebut, yang dinyanyikan secara langsung oleh Timo.
Yayasan Temata yang merupakan singkatan dari Telinga Mata Nusantara, memiliki kerinduan untuk bisa menjadi telinga dan mata dari segala hal yang terjadi di Tanah Air. Yayasan Temata memiliki komitmen untuk menyebarkan semua hal baik terkait keindahan alam dan keragaman budaya nusantara, agar bisa dirasakan dan dinikmati oleh khalayak.
"Explore Remarkable Indonesia sangat sesuai dengan visi dan misi Yayasan Temata. Kami akan terus berupaya untuk menyebarkan semua kebaikan dan keindahan negeri ini kepada semua orang," kata Luluk.
Pasca-gelaran di Pratteln pada 10 April 2018, Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe dan Yayasan Temata bersama dengan para pemahat dan tokoh adat dari suku Kamoro akan bertolak ke St. Gallen untuk menghadiri undangan warga setempat yang dikelola oleh VIS sekaligus berpromosi.(mg7/jpnn)