Budaya Membaca Harus Ditingkatkan untuk Menangkal Hoaks
jpnn.com, JAKARTA - Pemerhati Budaya dan Komunikasi Digital Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Dr Firman Kurniawan S mengatakan budaya membaca masyarakat harus ditingkatkan agar tidak begitu percaya pada informasi tidak benar atau hoaks.
"Penting meningkatkan budaya membaca masyarakat kita agar tidak menelan begitu saja informasi yang dangkal sehingga hoaks ini bisa diatasi," kata Firman dalam siaran persnya, Selasa (12/10).
Menurut dia banyak beredar informasi hoaks yang memanfaatkan keuntungan, informasi sebagai social currency atau mata uang sosial.
Dengan pendekatan itu, penyebar informasi hoaks itu bisa mendapatkan kenaikan status sosial jika informasinya dianggap penting oleh orang lain.
Misalnya, kata dia, dengan cara menyebarluaskan isu bahwa susu kental manis tidak boleh di seduh dengan air panas.
"Ada orang lain yang mendapatkan manfaat meskipun informasi ini keliru dan sesat bagi orang-orang yang tidak mengkaji lebih dalam," ujar Pengajar Ilmu Komunikasi yang juga mengajar di Unika Atma Jaya dan Universitas Paramadina.
Untuk mencegah informasi hoak seperti itu, Firman mengatakan harus ada klarifikasi dari BPOM, Kominfo melalui tangkal hoaks dan cek fakta untuk memberikan penjelasan atas informasi yang tidak benar tersebut.
Sementara itu, Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan terkait polemik serupa di tahun 2018 lalu, dan secara sistematis BPOM telah memberikan jawaban yang terukur dan tegas.