Buffalo Boys Pionir Gado-Gado Western
jpnn.com - Buffalo Boys membawa penonton menjelajah waktu, masuk ke 1860-an ketika masa pendudukan Belanda di Indonesia. Film itu menuai review positif saat global premiere di Fantasia International Film Festival, Kanada, serta New York Asian Film Festival.
Sang sutradara, Mike Wiluan, merupakan pencinta genre western. Sejak kecil, pria Indonesia yang tumbuh besar di Inggris itu sering menonton film-film koboi bersama ayahnya.
Dia pun akrab dengan jalan cerita, setting, kostum, aksi, dan karakter dari sebuah film western. Cerita Buffalo Boys ini ada dalam benak Mike sekitar empat tahun lalu.
Agar berbeda, sutradara 42 tahun tersebut memasukkan unsur Indonesia. Film western atau koboi umumnya ber-setting waktu pada abad ke-19 atau periode 1800-an.
Pada masa itu, Indonesia berada di bawah jajahan Belanda. ’’Saya mau memasukkan unsur western tanpa terkesan dibuat-buat,’’ ujar Mike ditemui setelah gala premiere di CGV Grand Indonesia, Jakarta, Rabu malam (18/7).
Mike meramu film dengan meleburkan unsur western dan eastern, yakni kondisi yang terjadi di Nusantara ketika itu. Suasana mencekam, perbudakan, dan perjuangan melawan tirani yang erat dengan sejarah Nusantara dikemas dengan aksi, style, dan teknik produksi ala Hollywood. Hingga akhirnya, muncul sebutan film ’’gado-gado Western’’.
Buffalo Boys bercerita tentang kakak beradik, Jamar (Ario Bayu) dan Suwo (Yoshi Sudarso), serta paman mereka, Arana (Tio Pakusadewo), yang kembali ke Nusantara setelah melarikan diri ke wild west (Amerika).
Kembalinya mereka membawa misi balas dendam kepada Kapten Van Trach (Reinout Bussemaker) yang membantai Sultan Hamza, ayah Jamar dan Suwo.