Bujang-bujang Tamatan SMK Ini Bergaji Rp 10 Juta
"Lihat saja itu sandal-sandal mereka, naruhnya berjejer rapi, menghadap searah depan pintu. Itu kebiasaan di Jepang. Meskipun kelihatan sepele, hal-hal seperti itu juga kami ajarkan," ujar pria bujang yang fasih berbahasa Jepang itu.
Yang digembleng saat ini merupakan angkatan ketujuh, terdiri dari 11 tamatan SMK dari sejumlah kota di Jawa. Enam angkatan sebelumnya sudah bekerja di Jepang.
Nantinya, bujang-bujang tamatan SMK itu akan bekerja di kapal, mencari ikan di wilayah perairan Jepang. Sebulan sekali lego jangkar untuk bongkar muatan dan mengisi amunisi. Setelah itu, melaut lagi. Enam bulan sekali baru di darat agak lama, dua bulan. Itu pun, mereka tetap harus kerja, misal mengecat kapal.
"Dari perusahaan gaji 100 ribu yen atau sekitar 10 juta rupiah. Tapi dipotong untuk kos, biaya listrik, dan lain-lain, bersih sekitar tujuh juta. Tahun kedua bersih delapan juta. Mereka dikontrak tiga tahun," ujar alumni SMKN 1 Gelaga Banyuwangi, Jatim, itu.
Adakah keluhan para bujang lulusan SMK itu saat kerja di sana? "Ada, soal gaji. Mereka merasa sama-sama kerja di satu kapal, tapi orang Jepang digaji 30 juta. Mungkin karena standar kebutuhan di Jepang lebih mahal," kata dia.
"Ada juga kasus berkelahi di kapal dengan pekerja asal Jepang. Diadili secara internal, pekerja asal Jepang diberhentikan karena dia yang salah. Maklum, anak-anak muda," ujar Yunus sembari mesem.
Komandan grup, Kasmunat, 18, mengaku sudah siap berangkat ke Jepang. Tamatan SMK Muhammadiyah Tuban, Jatim itu, merasa fisik sudah mumpuni, bahasa Jepang juga sudah fasih.
Masih muda, gaji bersih Rp 7 juta nantinya untuk apa? "Siap, sebagian untuk membantu orang tua," ujar Kasmunat, dengan posisi tegap, saat ditanya koran ini.