Bukan Cerita Alexis, ini Sejarah Diskotek Pertama di Jakarta
Mulanya bangunan itu hanyalah rumah tua biasa. Atapnya berbentuk segitiga. Tepat di sebelahnya terdapat sebuah kubah besar berbentuk setengah lingkaran--membuat Tanamur terlihat seperti penggabungan dari bangunan masjid dan gereja.
Bangunan itu bercat hitam. Ada pohon kaktus besar di pekarangannya. Pintu bercorak klasik warna merah.
Begitu masuk menuruni anak tangga, terhampar lantai dansa berikut sebuah bar yang terbuat dari kayu. Bangku-bangku berbantal kulit kambing.
"Suasana di dalam ruangan adalah tjampuran kedai kopi di djaman tiga musketir dan cafe daerah Wild West. Di podjok berdiri sebuah kerangkeng besi untuk a gogo girl."Inilah Tanamur, sederhana dan bebas", kata Ahmad Fahmy," tulis majalah Tempo, 20 Maret 1971.
Konsep interior dan tata ruang Tanamur sengaja dibuat terkesan berserakan.
Tiang-tiang penyangganya dari kayu jati kusam. Cahaya dibuat temaram. Beberapa roda pedati menghiasi sudut-sudut ruangan. Ada lukisan batik dalam ukuran cukup besar.
Kepala rusa, kulit sapi dan kulit kambing membentang di beberapa bagian dinding yang dicat warna-warni.
Hendaru menceritakan, bangku-bangku hanya ada di tepian. Bagian tengah dikhususkan untuk lantai dansa.