Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Bung Karno Tak Pernah Mati

Oleh Imran Hasibuan*

Rabu, 06 Juni 2018 – 14:04 WIB
Bung Karno Tak Pernah Mati - JPNN.COM
Bung Karno, 9 Juli 1965 di antara personil band Trio Greco. Foto: Arsip Nasional Belanda.

Ia adalah juru bicara paling terkemuka angkatannya, kaum pergerakan kebangsaan.

Pramoedya Ananta Toer, sastrawan besar Indonesia, bersaksi bahwa Bung Karno telah memberikan semua untuk negeri ini --karir, kedudukan, bahkan nyawanya-- untuk persatuan, kesatuan, dan perdamaian bangsanya. Itulah puncak-puncak kebenaran Sukarno yang tak akan terhapus sampai kapanpun.

Bung Karno juga berjuang keras mengajak bangsanya menjadi bangsa yang penuh percaya diri, menjadi tuan dan puan di tanah airnya sendiri. "Dia bangkitkan harga diri bangsa secara massal, setelah tiga abad lebih menjadi babu dan kuli, dengan mental pasif dan minder, pasrah nrimo," kata Pramoedya.

Dari Bung Karno dan zamannya kita bisa mengambil bibit gagasan penting tentang nasionalisme, bukan sebagai warisan nenek moyang tetapi sebagai komitmen untuk masa depan. Bung Karno dan angkatannya lah yang pertama membayangkan diri sebagai "orang Indonesia".

Dari zaman itu kita juga bisa belajar bahwa menjadi manusia Indonesia bukan suatu yang alamiah, tetapi sesuatu yang diciptakan sejarah modern, yang menuntut tekad, solidaritas, kerelaan berkorban, dan terutama harapan. Manusia Indonesia yang dibayangkan oleh tokoh-tokoh pergerakan adalah manusia yang berdiri tegak, tidak bongkok dan tidak menginjak, terbuka, dinamis, inklusif, bernyali, dan berperikemanusiaan.

Bung Karno sepanjang hayatnya telah berhasil memainkan perannya sebagai penyambung lidah rakyat Indonesia. Lebih dari tokoh pergerakan kebangsaan semasanya, ia berhasil memadukan ilmu pengetahuan modern dengan pemahaman sejarah dan sosio-kultural rakyat Indonesia, untuk menyusun kekuatan dan menggunakan kekuatan itu.

Itu semua mewujud pada suatu doktrin perjuangan -yang dikenal luas sebagai Marhaenisme- yang mencerminkan karakteristik bangsa Indonesia "yang memikul dan terpukul natur Indonesia". Soebadio Sastrosatomo dalam sebuah tulisannya menyebut kenyataan sejarah ini dalam formulasi Soekarno adalah Indonesia, dan Indonesia adalah Soekarno.

Kini, hampir setengah abad Bung Karno wafat, tapi sejatinya ia tak pernah mati. Seperti sepenggal bait sajak Sitor Situmorang: insan Soekarno telah tiada di tengah bangsa/namun hadir kekal sebagai amal sejarah.(***)

Bung Karno yang lahir pada 6 Juni 117 tahun silam, wafat pada 21 Juni 1970. Sampai hari ini pemikirannya masih dibicarakan dan ditafsirkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close