Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Bupati Anas: Hamdalah, Inflasi Banyuwangi Terendah di Jatim

Rabu, 04 Oktober 2017 – 12:21 WIB
Bupati Anas: Hamdalah, Inflasi Banyuwangi Terendah di Jatim - JPNN.COM
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Foto: source for JPNN.com

jpnn.com, BANYUWANGI - Fakta membuktikan tingkat inflasi di Kabupaten Banyuwangi sebagai yang terendah di Jawa Timur. Badan Pusat Statistik (BPS) melansir, secara tahunan (year on year) dari September 2016 ke September 2017, inflasi Banyuwangi sebesar 2,68 persen, atau terendah dibanding kabupaten/kota lain di Jatim.

Angka itu lebih rendah dibanding rata-rata Jatim 3,84 persen dan nasional 3,72 persen. Inflasi Banyuwangi tahun berjalan Januari-September 2017 sebesar 2,12 persen, juga terendah di Jatim yang rata-rata 3,06 persen.

Khusus September 2017, Banyuwangi menjadi satu-satunya kabupaten/kota di Jatim yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,02 persen. Sedangkan yang lainnya mengalami inflasi dengan rata-rata kenaikan harga barang/jasa di Jatim pada September sebesar 0,19 persen.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas pun bersyukur inflasi bisa terus berada pada level yang terkelola dengan baik. ”Alhamdulillah, terima kasih kepada semua stakeholder di Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Banyuwangi yang bekerja dengan langkah strategis mengendalikan lonjakan harga. Terima kasih juga ke Bank Indonesia (BI) yang selama ini rutin mendampingi Banyuwangi menyusun langkah-langkah pengendalian inflasi,” kata Anas.

Dia mengatakan, inflasi berkaitan erat dengan kemampuan daya beli warga. ”Jika bisa mengelola inflasi dengan baik, daya beli warga juga baik. Artinya, pendapatannya tidak tergerus oleh kenaikan harga barang dan jasa yang mereka butuhkan,” ujar Anas.

Bupati berusia 44 tahun ini menambahkan, inflasi yang tak terkendali bisa berimbas pada pembentukan kemiskinan baru, peningkatan kesenjangan ekonomi, dan bahkan rentan menjadi konflik sosial.

”Inflasi itu erat kaitannya dengan kemiskinan karena kelompok masyarakat menengah ke bawah masih rentan masuk ke kelompok masyarakat miskin jika daya belinya melemah karena tergerus kenaikan harga barang dan jasa atau yang disebut sebagai inflasi itu tadi,” ujarnya.

Di sisi lain, inflasi yang tidak terkelola dengan baik juga menunjukkan ada yang tidak efisien dalam struktur perekonomian. ”Kalau makin tinggi inflasi, makin besar pula biaya yang harus ditanggung dalam perekonomian,” ujar Anas.

Angka itu lebih rendah dibanding rata-rata Jatim 3,84 persen dan nasional 3,72 persen.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News