Butuh Masukan demi Indonesia, Kiai Ma'ruf Temui Cak Nun
Cicit Syekh An Nawawi Al Bantani itu lantas berbicara mengenai pentingnya menjaga kerukunan dan kemajemukan bangsa, baik dari sisi agama maupun etnis. Sebab, ujar Ma'ruf, kalau tak dikawal maka potensi konfliknya besar.
"Saya mau bersama Pak Jokowi mengawal negeri supaya tak ada lagi konflik ideologi ke depan. Semua saling menghargai, saling pengertian, tidak ada salah pengertian," kata Kiai Ma'ruf.
Pada bagian akhir di awal pembicaraan itu, Kiai Ma'ruf secara terbuka meminta masukan dan saran Cak Nun tentang cara membangun bangsa ini lebih baik ke depan. "Saya ingin mendapat masukan dan saran membangun negara ini supaya lebih baik, lebih rukun, lebih sejahtera, dan lebih baik maju," ujar Kiai Ma'ruf.
Merespons hal itu, Cak Nun bersyukur sekali karena Kiai Ma'ruf bersedia datang dan bersilaturahmi dengannya. "Yang pertama, saya yang bersyukur kepada Allah, lebih dari Pak Ma'ruf, karena saya tidak merasa pada levelnya, pada tempatnya untuk panjenengan rawuh (Anda datang, red) ke sini," kata Cak Nun.
Tokoh yang dikenal dengan julukan Kiai Mbeling itu mengatakan, dirinya tidak berpihak pada kubu mana pun yang bersaing di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Sebab, dia ada di luar politik.
"Ibarat sepak bola saya tidak ada di dua kesebelasan. Wasitnya bukan, hakim garisnya enggak, ofisial-nya PSSI dan klub enggak. Saya paling penonton," ujar Cak Nun.
Namun, kata Cak Nun, dirinya memang sering bertemu dengan masyarakat di tingkat bawah lewat kegiatan kemanusiaan maupun kebudayaan. Mayoritas yang ditemuinya adalah kalangan nahdiyin.
Sembari berkelakar, Cak Nun mengatakan bahwa gempa masalah pluralisme di Indonesia lebih sering terjadi ketimbang lindu sebagai bencana alam. "Sekarang gempa lebih banyak di manusianya daripada di alamnya. Salah satunya adalah gempa pluralisme itu," kata Cak Nun.(boy/jpnn)