Caleg Stres, Terbuka Sajalah agar Beban Pikiran Tak Semakin Berat
jpnn.com, JAKARTA - Para caleg yang gagal di Pemilu 2019 berpotensi mengalami stres. Misalnya saja karena gagal meraih suara sehingga tidak bisa duduk di kursi jabatan. Padahak, mereka sudah banyak mengeluarkan dana.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Kesehatan Jiwa Kemenkes dr Fidiansjah SpKJ menjelaskan bahwa mereka yang mengalami gangguan jiwa banyak yang tidak mau mencari bantuan profesional. Salah satu sebabnya adalah masalah kesehatan jiwa masih memiliki stigma negatif.
”Sehingga tidak terbuka disampaikan oleh mereka yang mengalami,” tuturnya seperti diberitakan Jawa Pos. Dokter yang akrab disapa Fidi itu menjelaskan bahwa rentang gangguan jiwa terdiri mulai dari yang ringan, sedang, sampai berat.
Lebih lanjut Fidi menjelaskan penyebab stres yang terjadi pada setiap individu tidak bisa diprediksi. Yang jelas, begitu daya tahannya rapuh, konsep dalam diri seseorang terjadi suatu gejolak antara cita-cita dan harapan, lalu realitas tak terpenuhi maka bisa menjadi stres. Stres merupakan kondisi awal gangguan jiwa.
Stres bisa dipicu oleh beberapa kondisi. Tidak hanya pemilu. ”Prinsipnya di dalam penyeleksian pasti mengalami kemenangan atau kegagalan. Maka kesiapan menerima kenyataan karena tidak sesuai yang diharapan harus bisa menerima. Prinsip pertamanya itu siap kalah dan menang,” kata Fidi.
BACA JUGA: Menurut Monica, Bang Sandi Mengalami Tekanan Berat, Duuuh
Terjadinya stres pascapemilu dianggapnya sebagai sebuah kejadian yang tidak biasa atau dianalogikan seperti bencana alam.
Ketika Caleg mengatakan proses ingin menjadi calon, kata dr. Fidi itu, ada surat keterangan kesehatan termasuk kejiwaan. Ini untuk memastikan mereka yang mencalonkan diri maju ke legeslatif maupun eksekutif dalam kondisi sehat secara mental.