Calon Pelajar Indonesia di Australia Menanggapi Strategi Baru Migrasi Australia
Berkaca pada pengalamannya sebagai mahasiswi yang bekerja paruh waktu, ia mengakui bahwa perubahan aturan tersebut akan berdampak lebih baik bagi Australia ke depannya.
"Sekarang ini, cari kerja pun menjadi lebih susah karena lebih banyak pendatang yang beberapa bahasa Inggris-nya kurang banget, dan susah diajak ngomong", ujarnya.
Sebagai mahasiswi yang berkerja paruh waktu di industri restoran, Lita setuju dengan upaya pemerintah Australia dalam mengurangi angka migrasi ini melihat semakin sulitnya mencari pekerjaan dan tempat tinggal.
"Sekarang ini industri restoran tuh banyak menurun, agak quiet [sepi] dibanding dulu, jadi mulai ada perpotongan jam, jadi terlalu banyak staff tapi jam kerjanya enggak cukup gitu," katanya.
"Jadi kita kayak rebutan pekerjaan."
Senada dengan Lita, Belleza yang berasal dari Jakarta tidak merasa ada yang salah dengan ditetapkannya aturan tersebut.
Belleza sedang dalam tahap mengumpulkan dokumen untuk menempuh S1-nya di Australia, meski belum memutuskan di universitas mana.
"Menurut saya kalau dinaikkin enggak masalah karena sumber belajarnya juga sudah banyak," katanya.