Camino Parkir
Oleh: Dahlan IskanMinggu, 27 Oktober 2024 – 07:26 WIB
Pulang ke mal kami turun sebelum mobil memarkir diri. Setelah kami turun mobil berjalan sendiri. Mencari tempat parkirnya sendiri.
Sepanjang jalan saya lihat: sopir lebih banyak memberikan instruksi lewat lisan. Tidak lewat tombol-tombol.
Buka kaca, minta lagu, minta ke alamat mana, semua pakai perintah lisan.
"Kenapa belum jualan di Indonesia," tanya saya.
"Di sini sendiri masih kewalahan melayani pembeli. Mereka harus antre enam bulan".
Pekan lalu udara sudah tidak panas di Guangzhou, tetapi belum sejuk.
Nanti malam udara sudah berubah: sudah sejuk --sesejuk mereka yang berkemah di Lembah Tidar.(*)