Cape Town Tak Pasrah Menanti Hari Tanpa Air
jpnn.com, CAPE TOWN - Mulai kemarin, Sabtu (27/1), Wali Kota Cape Town Patricia de Lille melarang penduduk mengisi tangki penampung air yang terpasang pada jamban dengan air bersih.
Air tampungan yang berfungsi untuk menyiram kotoran di jamban itu wajib diisi dengan air bekas. Misalnya, bekas mandi, bekas cuci baju, bekas cuci piring, atau bekas cucian sayur. Dengan demikian, tidak ada air bersih yang terbuang percuma.
Aturan itu berlaku di semua tempat. Bukan hanya di rumah warga. Tapi juga hotel. ”Kami mengimbau seluruh tamu untuk sebisanya tidak sering-sering nge-flush toilet,” ujar salah seorang manajer hotel di Cape Town.
Meski regulasi itu bisa kian menyurutkan gairah turis untuk datang ke kota tersebut, aturan harus tetap ditegakkan. Dan, belakangan, arus kedatangan wisatawan asing ke Cape Town memang berkurang.
Kian mendekati day zero alias hari tanpa air, Cape Town makin sibuk mempersiapkan diri. Sejak pemerintah memajukan day zero ke 12 April atau sepuluh hari lebih cepat dari jadwal semula, antrean lebih panjang terlihat di sumber-sumber air alami kota berpenduduk sekitar 4 juta jiwa tersebut. Deretan jeriken dan galon air menjadi pemandangan sepanjang hari.
Selama setahun terakhir, pemerintah kota mengharamkan warga mencuci mobil serta menyirami taman dan mengisi kolam –baik kolam ikan maupun kolam renang– dengan air bersih.
Regulasi itu sukses menekan penggunaan air secara kolektif dari 800 juta liter per hari menjadi 600 juta liter per hari. Kini mekanisme penghematan air diatur langsung oleh pemerintah provinsi.
”Tidak boleh ada yang mandi lebih dari dua kali dalam satu pekan. Kalian semua harus benar-benar menghemat air seolah-olah hidup kalian bergantung padanya. Dan, memang demikianlah kenyataannya,” kata Gubernur Western Cape Helen Zille sebagaimana dikutip BBC kemarin. Perempuan 66 tahun itu aktif mengampanyekan hemat air kepada warga. Juga, memberikan contoh.