Cari Jago untuk Pilkada Bantul, PDIP Dengarkan Masukan Sri Sultan HB X
jpnn.com, BANTUL - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bertekad mengusung kader sendiri pada Pemilihan Bupati Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun depan. Namun, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu tak mau asal-asalan mengusung calon.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, parpol berlambang kepala banteng itu akan mendengarkan masukan pihak-pihak yang punya pengaruh di Yogyakarta, antara lain Sri Sultan HB X, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
"Nama-nama sudah mengerucut berdasarkan dari laporan DPD PDI Perjuangan Yogyakarta dan kami mendengarkan masukan dari Sri Sultan Hamengkubawono X, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh NU, tokoh-tokoh Muhammadiyah. Kami dengarkan dengan baik," kata Hasto kepada usai membuka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) DPC PDIP Bantul, Minggu (24/11).
Politikus asal Yogyakarta itu menegaskan bahwa pilkada adalah pemilu rakyat. Oleh karena itu, kata Hasto, PDIP pun mendengankan suara-suara rakyat.
Jika kader PDIP berelektabilitas rendah dan dianggap belum mampu membawa perubahan, maka bisa partai pemenang Pemilu 2019 itu menempuh opsi lain. Misalnya, dengan mengusung nonkader.
"Mari kita lihat dan dengarkan suara rakyat untuk menemukan calon pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat di Bantul. Kalau langkah dan hati kita menyatu dengan rakyat, maka kita akan menemukan calon pemimpin yang akan dipilih rakyat," kata Hasto.
Nantinya, PDIP akan terlebih dahulu menggembleng jago-jagonya di Pilkada Serentak 2020 melalui sekolah partai. Tujuannya adalah memastikan komitmen calon kepala daerah dari PDIP terhadap Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Selain itu, jago PDIP di Pilkada Serentak 2020 bisa saja perpaduan kader dan nonkader. "Namun partai juga punya kebijakan memprioritaskan kader sendiri," ujar Hasto.(tan/jpnn)