Catatan Dahlan Iskan tentang Strategi Merebut Hati dan Mengisi Perut di Golden Triangle (2)
Membangun Swiss Minus Gunung Es untuk Ibu SuriKamis, 15 Januari 2009 – 10:03 WIB
Rakyat kecil memberi gelar itu kepada Ibu Suri sejak 30 tahun sebelumnya. Yakni, sejak Ibu Suri berusia 40 tahun. Waktu itu Ibu Suri sedang tetirah di Istana Chiang Mai, dekat perbatasan dengan Provinsi Yunnan, Tiongkok. Tiap hari dia menghabiskan waktu mengunjungi desa-desa dekat perbatasan. Lalu bertemu sekelompok orang berpakaian tentara yang dengan disiplin menjaga perbatasan. Itulah tentara perbatasan. Dari pembicaraan dengan mereka, diketahuilah persoalan-persoalan perbatasan yang khas: termasuk kemiskinan masyarakat pegunungan yang suatu saat bisa saja menjadi faktor kerawanan perbatasan. (Kerawanan yang dikhawatirkan seperti itu sudah terjadi di sepanjang perbatasan Kalimantan-Malaysia, sehingga akhirnya batas bergeser 20 kilometer. Akibat pergeseran di daratan itu, Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi masuk wilayah Malaysia).
Sejak sering ke perbatasan itu Ibu Suri memutuskan harus mengunjungi semua desa di gunung-gunung terpencil di semua wilayah perbatasan. Kendaraan yang digunakan adalah helikopter. Setiap hari Ibu Suri berada di langit terbang ke sana kemari. Popularitas Ibu Suri kian melambung saja. Rakyat kian tergila-gila padanya. Termasuk kemudian memberi gelar Mae Fah Luang itu.
Dengan nama Yayasan Mae Fah Luang, upaya merebut hati rakyat lebih mudah. Apalagi, ini untuk dipersembahkan pada ulang tahun sang Ibu Langit di angka yang amat keramat: 90. Wujud proyek ini barangkali akan berbeda kalau, misalnya, mengusung nama pemerinah atau swasta.