Catatan Dahlan Iskan tentang Strategi Merebut Hati dan Mengisi Perut di Golden Triangle (3)
Pilih Tanam Macadamia yang Buahnya MahalJumat, 16 Januari 2009 – 00:16 WIB
Di Eropa menanam pinus memang baik karena faktor salju dan rakyatnya sudah sejahtera. Tapi Khun Chai kemudian berpikir lain: menanam pinus itu salah. Tidak bisa menjadi sumber penghidupan rakyat dan menyerap air terlalu banyak. Padahal, Khun Chai ingin rakyat bisa hidup dari hutan itu nanti. Juga bisa menghemat sumber air yang demikian langka. (Pikiran seperti itu, kelak ketika Khun Chai diminta untuk menangani proyek serupa di Afghanistan, diterapkan dengan cara yang unik. Ikuti seri-seri selanjutnya tulisan ini)
Khun Chai langsung mengganti pohon pinus itu dengan tanaman produktif. Dia memilih tanaman yang fungsi penghutanannya sama, tapi bisa menjadi sumber kontinu bagi kehidupan rakyat setempat. Dia putuskan untuk menanam macadamia yang buahnya bisa dijual mahal itu. Memang, pilihan ini semula dianggap kurang realistis. Asia Tenggara bukanlah penghasil macadamia. Dan lagi, ini bukan jenis pohon Asia. Dari mana mendapatkan bibitnya? ’’Didatangkan dari Australia?’’ jawab Khun Chai.
Tentu setelah dilakukan penyedilikan akan tanahnya yang mendetail. Lalu, diadakan riset untuk membuat macadamia itu nanti bisa menghasilkan uah yang lebih baik dari di negara asalnya. Karena itu, didatangkanlah satu kontainer bibit macadamia. Ibu Suri yang melakukan penanaman pertama pada 30 Mei 1989. (*)