Catatan dari World Media Summit di Beijing
Harta Utama yang Diserahkan secara Cuma-CumaSelasa, 13 Oktober 2009 – 22:56 WIB
Saya jadi ingat ketika menyelenggarakan parade mobil bunga pertama di Surabaya 25 tahun lalu. Ketika parade baru berjalan 1 km, bunganya sudah ludes di tangan penonton yang memadati sepanjang jalan dari Tugu Pahlawan hingga Taman Surya. Tak ayal bila penonton yang menunggu di Jalan Pemuda sangat kecewa karena tinggal melihat iring-iringan mobil yang gundul.
Rapat-rapat World Media Summit dilakukan di Hall of The People, gedung DPR yang menghadap ke Tian An Men. Kemegahan dan keindahan gedung ini rupanya ikut pula menjadi inspirasi untuk memunculkan kata-kata Mao itu.
Saya sudah beberapa kali menghadiri acara di gedung negara ini. Ruang rapatnya sangat banyak, berlangit-langit tinggi. Salah satu sisi dinding ruang selalu dihiasi lukisan khas Tiongkok yang optimistis dengan ukuran raksasa. Dengan demikian, meski nama-nama semua provinsi sudah dipakai untuk penamaan ruang-ruang itu pun masih berlebih.
Interior gedung ini juga sudah berubah dan terlihat lebih "Tiongkok". Ornamen-ornamennya yang detail disentuh dengan warna dominan merah hati, dipadu aksentuasi kilau keemasan. Tidak lagi terlalu "Rusia" sebagaimana bentuk. World Media Summit inilah yang pertama menggunakan gedung ini sejak interiornya diperbarui. Suasananya sudah tidak sama dengan tiga tahun lalu. Yakni, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diterima dengan upacara militer di dalam gedung yang salah satu ruang besarnya bisa untuk upacara militer di musim dingin itu.