Catatan Ketua MPR: Mencermati Dampak Eskalasi Ketegangan di Timur Tengah
Oleh: Bambang SoesatyoSebab, besar-kecilnya skala konflik kedua negara itu akan selalu menghadirkan ekses.
Indonesia bersama banyak negara pun sudah menerima ekses itu, yang antara lain ditandai dengan naiknya harga minyak.
Indonesia, misalnya, harus mencari bahan bakar minyak (BBM) yang murah agar tekanan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun berjalan tidak berlebihan, utamanya pada pos anggaran subsidi BBM.
Selain dampak kenaikan harga minyak mentah, sudah menjadi fakta bahwa Indonesia pun sedang menghadapi lonjakan nilai tukar valuta dolar Amerika Serikat (AS) atau depresiasi rupiah.
Proses penguatan nilai tukar dolar AS sudah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir ini, dan memuncak pada April 2024 ketika memasuki level di atas Rp 16 ribu per dolar AS.
Menguatnya nilai tukar dolar AS selalu menghadirkan tekanan terhadap APBN, utamanya belanja dan subsidi BBM maupun membengkaknya beban bunga pembayaran utang luar negeri.
Maka, seperti halnya banyak negara lain, Indonesia pun harus fokus mencermati ekses atau dampak negatif dari konflik Iran-Israel, termasuk skenario terburuk dari ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Sebab, disharmoni antar-negara di kawasan itu berpotensi memperbesar skala konflik.