Cegah Radikalisme, Ini Saran Dari Lily Wahid
Karena itu sosialisasi nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika itu lebih difokuskan lagi ke kelompok masyarakat yang berpotensi mudah dipengaruhi untuk menjadi teroris.
Apalagi kondisi perekenomian bangsa sedang tidak bagus, yang notabene bisa menjadi pemicu orang untuk menerima tawaran menjadi teroris dengan dalih ekonomi.
Sementara itu, Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Muhibbin Zuhri mengungkapkan, bela negara atau kecintaan kepada tanah air adalah inheren dalam Islam.
Mencintai negeri dan mencintai bangsa sendiri adaah bagian dari keimanan dan itu bisa didapat dengan kembali memperkuat nilai luhur Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Jadi pandangan keagamaan soal kebangsaan mereka yaitu mencintai negeri, mencintai bangsa itu merupakan bagian dari keimanan. Di tengah konteks nasionalisme yang akhir-akhir ini makin luntur seiring globalisasi, perlu ditegaskan kembali agar tidak hilang,” kata Muhibbin.
Dia tidak memungkiri bahwa belakangan ini muncul paham-paham keagamaan yang berbeda dengan komitmen ulama Indonesia di awal kemerdekaan. Paham itu sangat puritan dan ingin mengotak-kotakkan atau memisah antara agama dan negara.
“Seolah-olah bahwa urusan negara itu bukan urusan agama. Mereka malah berkata bahwa Indonesia itu masih perlu disyahadatkan, perlu diislamkan karena dianggap kafir atau negeri thogut. Juga pemimpin-pemimpinnya. Sehingga menurut mereka masih diperlukan perjuangan mendirikan negara Islam dan khilafah islamiyah di Indonesia,” ungkapnya. (jos/jpnn)