Cemburu, Leher Temen Nyaris Putus Dibacok Teman Sendiri
Ketakutan Tesar dan Gugun itu tak terbukti. Sebab usai menghabisi nyawa Agung, Mat Sadilah lantas menuju dapur untuk membasuh tangan serta barang miliknya yang berlumuran darah.
"Saya lari cari pertolongan untuk melapor ke polisi. Saya tak tahu Gugun ke mana," tutur Tesar.
Sementara Mat Sadilah usai bersih-bersih setelah menghabisi Agung, lantas keluar dan menutup serta mengunci pintu rolling door kafe.
Kepergian Mat Sadilah dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) disaksikan Hafidi (44), salah seorang juru parkir (jukir) di GOR Segiri.
"Saya lihat dia (Mat Sadilah, Red) menutup lalu mengunci pintu (rolling door), kemudian pergi dengan mengendarai motor. Tapi saya tidak lihat kalau dia membawa pisau atau parang," ujar Hafidi.
Hafidi mengaku kaget saat melihat Tesar dan Gugun berteriak minta tolong. Karena mendengar teriakan itu, Hafidi yang kebetulan berada tepat di depan kafe terus mengamati apa yang sebenarnya terjadi.
"Yang saya lihat hanya dia (Mat Sadilah) keluar," tegas Hafidi.
Tak berselang lama usai kepergian Mat Sadilah, sejumlah polisi dari Polsekta Samarinda Ilir dan Polresta Samarinda tiba di TKP untuk mengidentifikasi korban serta olah TKP. Tak lama berselang polisi bergegas membawa jasad Agung ke kamar mayat RSUD AW Sjahranie setelah dilakukan identifikasi.
Sementara itu usai mensterilkan TKP, sejumlah polisi berusaha memburu Mat Sadilah ke kos-kosannya di kawasan Jalan Lambung Mangkurat. Namun upaya itu tak membuahkan hasil.
Namun berkat pengembangan penyelidikan mendalam serta informasi akurat, Mat Sadilah berhasil diringkus polisi di salah satu rumah kerabatnya di kawasan Jalan Kemakmuran, Gang KNPI, Sungai Pinang.
Polisi tidak dapat mengamankan parang yang digunakan Mat Sadilah untuk menghabisi nyawa rekan kerjanya itu, lantaran Mat Sadilah mengakui parang tersebut dibuang ke Sungai Mahakam di kawasan Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar), sebelum ia bersembunyi di rumah kerabatnya di Jalan Kemakmuran.