CEO Markplus Sarankan Pangkalpinang Garap Turis Tiongkok
Dalam sejarahnya, ratusan tahun yang lalu, bangsa Tiongkok datang ke Bangka untuk berburu timah. "Merekalah yang mengajarkan teknik menambang timah secara tradisional kepada warga Bangka," katanya.
Hingga kini lanjut Hermawan, mereka hidup berdampingan dengan warga dari etnis Melayu tanpa adanya gesekan. Kedua suku itu membaur dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan budaya dan agama kedua suku ini juga terus berjalan.
Hermawan menjelaskan, untuk budaya Tiongkok, kegiatan yang rutin digelar setiap tahun yakni tradisi Peh Cun, ritual Ceng Beng dan pertunjukan Barongsai. Sementara untuk budaya Melayu ada tradisi Nganggung, ruwahan, dan pawai ta'aruf.
"Di sisi lain, saat ini turis Tiongkok mulai membanjiri Indonesia tapi mereka baru mengunjungi Bali dan Manado saja. "Nah, Pangkalpinang mestinya jadi kawasan tujuan wisata turis Tiongkok yang ketiga saja," usul staf ahli Menkop UKM ini.
Menurut Hermawan, modal Pangkalpinang untuk menarik para turis Tiongkok sudah cukup banyak karena dikelilingi pantai dengan pemandangan yang indah dan budaya Budaya Tiongkok yang kental. Hanya kemasan yang perlu dipoles lagi.
Hermawan juga menyatakan kaget setelah mengetahui mayoritas pemandu wisata di Pangkalpinang mahir berbahasa Khek, yang merupakan bagian dari Bahasa Tiongkok.
"Faktanya, Pangkalpinang lebih siap dari Bali. Pemandu wisata di Bali setengah mati belajar Bahasa Mandarin. Sementara pemandu wisata di Pangkalpinang lancar bahasa Khek. Tinggal ditambah Mandarin saja, karena itu bahasa nasional mereka," sarannya.(fas/jpnn)