Cerita Buruh Migran Indonesia Berpuasa di Tahanan Malaysia
jpnn.com - Ratusan buruh migran Indonesia (BMI) yang tak punya dokumen lengkap dan bermasalah secara hukum, dideportasi oleh Pemerintah Malaysia, Kamis (7/6). Para BMI ini sempat merasakan berpuasa di Pusat Tahanan Sementara (PTS). Bagaimana keadaan BMI berpuasa? Berikut liputannya.
Laporan SABRI - Nunukan
WALAUPUN berada dalam tahanan, BMI masih sempat melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Perlakuan tidak selayaknya tentu dirasakan para warga negara Indonesia (WNI) ini. Di bulan ramadan tentu berbeda dibanding bulan sebelumnya.
Sukur (37) BMI asal Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) merasakan sulitnya berpuasa di PTS, Tawau, Malaysia. Ditahan pada Maret lalu dan baru dapat dibebaskan pada Juni menjelang lebaran Hari Raya Idulfitri 1439 H.
Sahur bersama para tahanan sekira pukul 03.00 pagi, para tahanan hanya diberikan nasi putih ditambah sedikit sayur. Bagi yang ingin berpuasa hanya dapat makan sahur seadanya. Jika ada makanan lain maka dapat sahur dengan nyaman.
“Terkadang ada teman atau keluarga yang bawa ke tahanan, jadi selain sahur nasi bisa dicampur dengan Mei,” kata Sukur kepada Radar Kaltara (Jawa Pos Group) saat ditemui di Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan, Kaltara, Kamis (7/6).
Berpuasa harus menahan diri dari lapar dan dahaga. Para BMI yang berpuasa di tahanan bukan tidak mampu menahan lapar dan dahaga. Namun tidak mampu menahan emosi, ketika tiba waktu siang. Karena kondisi sangat panas.
Terkadang dalam kondisi panas, perasaan selalu ingin marah. Daripada tidak tahan, ada yang tidak mampu berpuasa dan terpaksa membatalkan puasanya saat tengah hari. Bagi yang sabar puasanya tetap dilanjutkan hingga waktu maghrib.