Cerita Dahlan Iskan dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung PP, Apa Bedanya dengan di Tiongkok?
Waktu berangkat ke Bandung, Dahlan naik di gerbong kelas 1 bersama Menhub Budi Karya Sumadi yang pernah terkena Covid-19 sangat parah.
Saat kembali ke Jakarta, eks dirut PLN itu duduk di kelas ekonomi yang kelak harga tiketnya Rp 300.000. Itu sudah termasuk tiket untuk kereta ke bandara, kereta LRT, maupun KRL.
"Ada yang bertanya ke saya, apa perbedaan dengan kereta cepat yang di Tiongkok. Saya jawab: tidak ada bedanya," tulisan Dahlan.
Dari sisi gerbong, misalnya, utuh buatan Qingdao, kota pantai di provinsi Shandong. Hanya selera warnanya yang tidak sama. KCIC memilih sentuhan nuansa merah.
Relnya pun bikinan Tiongkok. Utuh. Lebar rel juga sama dengan yang di Tiongkok: 1.425 cm. Di Eropa juga selebar itu. Hampir 39 cm lebih lebar dari rel kereta api Indonesia yang lambat itu: 1.067 cm.
Di dunia kini tinggal Indonesia, Afrika Selatan, dan sebagian Jepang yang lebar relnya 1.067.
"Jepang pun, yang Shinkansen, juga menggunakan lebar rel 1.425. Semua rel kereta cepat memang harus lebar. Agar dalam kecepatan tinggi tidak mudah terguling," ujar Dahlan.
Dahlan mengatakan yang berbeda dengan di Tiongkok adalah cara pasangnya. Itu karena potongan rel yang didatangkan ke Indonesia berukuran 50 meter. Setiba di Indonesia, di depo KAI, rel itu disambung-sambung menjadi panjang 500 meter.