Cerita Dokter Cantik Saat Bertugas di Wisma Atlet
"Awalnya itu pas masuk Wisma Atlet parno, dong. Pas masuk, ya, ampun ini tempatnya Covid-19. Lama kelamaan ikhlas, lah. Ini juga pengalaman sekali seumur hidup," tutur dia.
Farini mengawali tugas sebagai sukarelawan di bagian perawatan umum. Dia menangani sekitar 50 sampai 60 pasien positif Covid-19 di bagian tersebut.
Tantangan terbesar saat itu, kata dia, menjaga kondisi fisik agar tetap prima. Sebab, dia bekerja selama delapan atau sembilan jam sehari dengan menggunakan baju hazmat.
"Menggunakan hazmat capek, iya banget. Soalnya energi terkuras. Panas iya. Kemudian bagaimana mengatur nafas agar tidak pengap. Soalnya kami dobel dan tertutup semua. Di situ beratnya. Bagaimana melayani pasien, fisik dan mental juga harus kuat dan semua harus total untuk pasien," ujar dia.
Setelah beberapa hari di bagian perawatan umum, Farini dipindahkan ke bagian khusus pada Oktober 2020. Di situ di hanya menangani delapan sampai sembilan pasien perhari.
Namun, kata dia, kerja pada bagian khusus yang berat ialah tanggung jawab. Pasalnya, setiap dokter di sana merawat pasien Covid-19 dengan penyakit komorbid seperti hipertensi dan diabetes.
"Sebenarnya lebih sedikit, tetapi tanggung jawabnya lebih berat. Kami disitu back up semua dokter spesialis. Dokter jantung, anastesi, dokter penyakit dalam. Jadi kami yang pegang semua high critical," ungkap dia.
Terkait upaya mengelola fisik, Farini menyiasati dengan istirahat yang tepat. Saat tidak bekerja, dia memanfaatkan untuk istirahat total agar fisik tetap terjaga.